Pariwisata Bali: TAMAN UJUNG KARANGASEM

Jumat, 28 September 2012

TAMAN UJUNG KARANGASEM

Taman Ujung, Sebuah Istana Air Bagi Raja

Taman Ujung adalah sebuah situs warisan dari kerajaan Karangasem, yang baru saja dipugar oleh pemerintah, bersama dengan berhektar-hektar taman dan dua buah kolam besar disekitarnya.

Taman Soekasada Ujung, juga dikenal sebagai Istana Air Ujung atau Taman Ujung, berada di wilayah paling timur Kabupaten Karangasem, di Desa Tumbu, yang berjarak sekitar dua setengah jam dari Kuta. Istana ini dibangun pada tahun 1919 oleh Raja Karangasem terakhir, I Gusti Bagus Jelantik, yang memerintah di Karangasem antara 1909 dan 1945. Letusan Gunung Agung pada tahun 1963 menghancurkan istana air dan semakin rusak akibat gempa bumi besar tahun 1979. Namun pemerintah telah melakukan pemugaran terhadap tempat ini.
Sebuah istana air yang dibangun bagi raja untuk menyambut para tamu penting dan raja-raja dari kerajaan lainnya, juga sebagai tempat rekreasi bagi raja dan keluarga kerajaan. Pada masa itu taman-taman luas bergema dengan tawa dari istri raja dan anak-anak saat mereka bersantai, seraya mencelupkan kaki mereka di kolam. Sekarang daerah ini sepi dan diisi dengan kekosongan. Beberapa wisatawan lokal dan asing sibuk mengabadikan keindahan yang tersisa untuk difoto dan menikmati suasana yang tenang disini.
Sebuah jembatan beton yang panjang menghubungkan area parkir dan area istana. Di ujung jembatan terdapat taman yang luas. Pada sisi utara terdapat sebuah bangunan persegi kecil putih di tengah kolam utama yang dihubungkan dengan dua jembatan di sisi kiri dan kanan. Bangunan ini sebelumnya berfungsi sebagai kamar tidur raja, ruang pertemuan, ruang keluarga, dan lainnya. Di sini anda dapat melihat foto-foto lama Taman Ujung dan juga beberapa foto keluarga kerajaan.
Di samping kolam utama, terdapat pula kolam dengan bale, sebuah bangunan tradisional terbuka Bali, di tengah-tengahnya. Kompleks Taman Ujung menggabungkan arsitektur Bali dan Eropa. Di puncak bukit teradapat sisa-sisa bangunan yang terlihat seperti sebuah kapel tetapi memiliki gaya khas Bali dengan ukiran di dinding. Di sisi lain, terdapat patung besar badak dan banteng di bawahnya. Dari tempat ini anda dapat menikmati pemandangan laut biru berkilauan, hutan hijau subur, dan tentu saja Gunung Agung yang perkasa yang mendominasi pemandangan langit.
Taman Ujung Karangasem yang disebut juga Taman Sukasada, atau populer juga sebagai ''Water Palace'', terletak di tepi pantai Desa Ujung, Karangasem. Taman ini adalah salah satu bukti historis yang monumental dari kebesaran Kerajaan Karangasem di masa lalu. Berdasarkan hasil-hasil penyelidikan arkeologis-historis dapat diketahui bahwa taman ini adalah sebuah contoh hasil akulturasi budaya yang serasi antara arsitektur tradisional lokal (Bali) dengan arsitektur Eropa, yang memancarkan kearifan atau keungguhan lokal (local genius).
SANG Arsitek Otodidak Pendiri Taman Ujung Soekasada , salah seorang raja Karangasem, dengan kemampuan teknis-arsitektural dan estetik, telah berhasil memanfaatkan bentang alam dan lingkungan di sekitarnya yang berteras-teras, dengan gunung-gunung sebagai latar belakang alami, sumber air, sungai-sungai dan pesisir Pantai Ujung. Dalam pembangunan taman ini, sang raja kemungkinan basar telah menggunakan konsepsi kosmologi masyarakat Bali sebagai landasan ideologis. Secara kosmologis, pesisir pantai atau laut adalah bagian hilir atau muara (tebenan), adalah tempat menunggalnya segala kekuatan magis yang berasal dari gunung atau bukit, yang kemudian mengalir ke hilir melalui sungai-sungai, seakan-akan secara simbolis membagi-bagikan air kehidupan kepada masyarakat.


Selain itu, gunung adalah bagian hulu (luwanan) yang punya kekuatan adikodrati yang tak tertandingi. Sebaliknya, gunung juga tak selamanya merupakan kekuatan alam yang ramah, karena dapat menimbulkan bencana besar secara tiba-tiba, jika ekosistemnya terganggu. Menurut kosmologi masyarakat Bali dan juga masyarakat lainnya di nusantara, gunung adalah dunia arwah para leluhur yang punya kekuatan magis, yang dapat memberikan pengaruh baik-buruk kepada kaum kerabat atau masyarakat yang masih hidup. Dalam perkembangan selanjutnya, ketika pengaruh agama Hindu telah meluas di daerah Bali, gunung juga dianggap sebagai tempat bertahtanya para Dewa, yaitu Dewa Gunung seperti Bhatara Gunung Agung, dll.

Demikianlah gunung menjadi suci dan sakral. Dengan berpedoman kepada konsepsi kosmologi itu, pendiri Taman Ujung telah berupaya untuk menyatukan dan memanfaatkan kekuatan-kekuatan yang terkonsentrasi di gunung -- kekuatan alam adikodrati, magis arwah leluhur, dan para Dewa -- untuk kepentingan pembangunan masyarakatnya. Dengan dasar ideologi ini, maka Taman Ujung dapat juga disebut sebagai ''Water Palace'' yang menyandang makna simbolis-magis-religius seperti yang tampak juga pada lambang kerajaan, yaitu Amerta Jiwa. Dari sisi lain, taman ini menjadi lebih signifikan lagi karena berada dalam bingkai segitiga sosiokultural -- Tirta Gangga, Puri Karangasem, dan
Taman Ujung.

Tidak mengherankan apabila dalam Perwujudan dari Pemilihan Lokasi, Penataan Lay Out, Penerapan dalam Arsitektur Bangunan dan Penggunaan Ornamen di Taman Ujung dijiwai oleh makna simbolisasi dan Nilai-Nilai Ritual Spiritual seorang Raja yang dilandasi oleh Agama Hindhu. Dan hal yang mendukung saat itu juga muncul hasil karya berupa Geguritan, Sinom dan Tembang-lagu yang mengambil sosok dari keagungan Arsitektur Taman Ujung.

Menggali Keindahan Wisata Taman Ujung

Bicara mengenai objek wisata Bali memang seakan tak ada habisnya. Dari A sampai Z lokasi dan objek wisata di Pulau Dewata yang terkenal ke seantero dunia ini lengkap dan sangat memanjakan pengunjungnya. Dari mulai lokasi wisata pantai, laut, pegunungan, hutan, pura, semuanya serba tersedia di Bali. Begitu juga dengan apa yang dinamakan dengan Taman Ujung yang selain dijadikan sebagai lokasi wisata juga memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Aspek Historis
Taman Ujung ini mulai dibangun sekitar tahun 1919 dan diresmikan tiga tahun kemudian atau tepatnya tahun 1921. Taman ini dibangun oleh Raja Karangasem yang dimaksudkan untuk tempat peristirahatan raja dan keluarganya disamping juga untuk menjamu tamu kehormatan yang datang ke Karangasem seperti tamu negara, para raja sahabat, dsb. Intinya Taman Ujung ini memiliki peran yang sangat sentral dalam konteks kenegaraan.
Di Taman Ujung terdapat tiga buah kolam yang besar dan luas dimana ditengah kolam paling utara terdapat bangunan yang cukup besar dan merupakan bangunan utama yang dihubungkan oleh dua buah jembatan. Di sebelah kolam terdapat berbagai hiasan seperti taman kecil, pot bunga, dan patung-patung. Bentuk bangunan di Taman Ujung tersebut sangat khas dan megah karena merupakan perpaduan arsitektur Bali asli dengan Eropa. Sementara di kolam sebelah barat terdapat sebuah bangunan yang cukup megah berbentuk bundar yang disebut dengan Bale Bengong yang biasanya digunakan untuk menikmati keindahan alam dan sekitarnya.
Disebelah barat ada sebuah perbukitan yang menawan dimana untuk mencapainya dibuat jalan berundak yang berukuran tinggi dan lebar. Sementara di sebelah utara taman tersebut, diatas bukit terdapat Patung Warak yang berukuran sangat besar dan dibawahnya terdapat Patung Banteng dimana dari mulut kedua patung tersebut keluar air mancur yang menuju ke kolam. Jika pengunjung sudah mencapai puncak bukit tersebut maka dipastikan bisa menyaksikan pemandangan alam khas Bali yang sulit ada tandingannya.
Dari puncak bukit tersebut, jika melihat ke sebelah timur akan terlihat Bukit Bisbis yang memiliki hutan yang subur dan kelihatan menghijau dari jauh. Sementara disekitar taman akan banyak dijumpai petakan-petakan sawah yang berundak-undak khas Bali sehingga karenanya siapapun yang berkunjung akan bisa menyaksikan perpaduan keindahan pesawahan, laut dan perbukitan. Namun, sangat disayangkan karena peninggalan budaya tersebut kini telah hancur akibat letusan Gunung Agung yang terjadi pada tahun 1979. Meski demikian, hal tersebut tak sampai mengurangi nilai keindahan dan seni alam Bali.
Lokasi
Taman Ujung berlokasi di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, berjarak kira-kira 85 Km dari Denpasar atau 5 Km selatan Amlapura.

SEJARAH TAMAN SOEKASADA UJUNG

Rentang Sejarah Taman Soekasada.
Sebelum tahun 1908 Karangasem merupakan Wilayah Kerajaan. Raja yang memerintah sampai tahun 1908 adalah Ida Anak Agung Gede Jelantik yang membawahi 21 Punggawa. Setelah Belanda menguasai Kerajaan Karangasem, mulai terhitung tanggal 1 Januari 1909, dengan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tertanggal 28 Desember 1908, Kerajaan Karangasem dihapuskan dan diubah menjadi Gouvernement Lanscap Karangasem dibawah Pimpinan Raja I Gusti Gede Jelantik, dengan Keputusan Gubernur Jenderal Belanda tertanggal 4 September 1928, gelar Stedeheuder diganti dengan Gelar Ida Anak Agung Anglurah Karangasem, yang kemudian diangkat menjadi Zelfbesteur dan dikenal dengan nama Swapraja. Dan juga berdasarkan Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958, terhitung mulai tanggal 1 Desember 1958, daerah Swapraja diubah menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II Karangasem.

Invasi Belanda pada tahun 1908 beberapa Raja memperoleh status sebagai Bupati yang berada dibawah Pemerintahan Kolonial Belanda. Raja Karangasem juga mendapat kekuasaaan untuk mengatur Daerah dan Kekayaannya. I Gusti Bagus Jelantik kemudian bergelar Ida Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem adalah raja terakhir yang memerintah bali Timur dari tahun 1909 sampai tahun 1945. Beliau dikenal sebagai Raja yang memiliki Nilai Budaya Tinggi.
Pengembangan Taman Ujung ini juga disebut sebagai " ISTANA AIR " ini dimulai tahun 1919 dan rampung tahun 1925, namun pembukaannya pada tahun 1921. Sebelum Taman Soekasada dibangun sudah terlebih dahulu dibangun di Pesanggrahan di Manikan yang lebih lazim sekarang disebut Pura Manikan. Nama ini memengandung indikasi bahwa ada Wilayah Ujung yang dianggap Sangat Mulia, Indah dan Potensial. Pura Manikan didirikan oleh Raja yang bernama I Gusti Anglurah Made Karangasem Sakti.



Dengan berbekal Pengetahuan Arsitektur Tradisional yang dipadukan dengan Arsitektur Belanda / Eropah dan Cina dibuat Perencanaan. Sedang untuk arsitektur Tradisinal Bali yang didapat dari Para Undagi, Raja I Gusti Bagus Djelantik membuat Perencanaan dari Taman Soekasada Ujung dan sekalian memimpin Pembangunannya. Jadi Pembangunan Taman Ujung tidak telepas ada hubungan dengan Arsitektur Puri Karangasem dan Arsitektur Taman Tirtagangga.
Pembangunan Taman Ujung selesai pada tahun 1921, namun pekerjaan pembangunan masih terus dilanjutkan. Tepatnya pada tahun 1937, Taman Sukasada (Taman Ujung) Karangasem diresmikan dengan sebuah ‘mahligya’ yang ditandai dengan sebuah prasasti batu marmer yang ditulis dengan huruf latin dan Bali dengan menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Bali. Prasasti tersebut ditempelkan pada salah satu dinding di Bale Warak.

Masa Keemasan Taman Soekasada, sebagian dari masa keemasan itu tersirat dalam dua prasasti dari marmer yang dipasang pada Bangunan Warak. Prasasti sebelah Kiri dengan Aksara Latin dengan Ejaan lama memakai huruf Kapital, terdiri atas 8 baris dengan tulisan sbb:

Marmer sebelah kiri yang bertulis huruf latin berjumlah 8 baris berbunyi:

PERINGATAN.

WAKTOE KARYA

DEWA JADNYA DAN

MALIGIA

DI POERI AGOENG.

KAWAN KARANGASEM.

TANGGAL

6 AGUSTUS 1937.

Sedangkan marmer sebelah kanan dengan aksara dan bahasa bali terdiri dari delapan baris berbunyi

Pekeling daweg rahina karya Dewa Yajna
Miwah malighya ring Puri Agung Kawan Karanasem
Duk rahina, su, pa, wara Perangbakat , pang, ping
14, Sasih 2, Isaka 1859 maka Ling -
ga ring malighya, padhandha Gdhe Ketut Pidhadha hi -
da Anake Hagung Anglurah Ketut karangasem
Raja Lombok, miwah Ida Anake Agung
Gdhe Jelantik Jumneng , Agung ring Karangasem .

Dari Upacara Melighya yang dilaksanakan di Taman Ujung memberi inspirasi kepada Sastrawan Karangasem yang kemudian menghasilkan beberapa Geguritan Lighya 1937, dengan memakai beberapa Tembang, antara lain Sinom, Durma an Ginanti. Dalam Geguritan inilah Taman Ujung disebut disebut dengan nama "Taman Soekasada" yang berarti Taman yang memberikan kesenangan Lebih.
Kedua prasasti tersebut menunjukkan bahwa pembangunan selesai pada tanggal 6 Agustus 1937.



 

1 komentar:

  1. Bingung mencari kendaraan?
    Bingung menyewa kendaraan dimana?
    Bingung mencari harga yang pas?
    Share Trans solusinya.
    Share Trans merupakan jasa penyewaan mobil online yang menghubungkan calon penyewa mobil dengan Rent Car atau Owner yang menyediakan kendaraan
    Kontak Info 087865097776/08990151556 atau cek di website kami www.sharetrans.id

    BalasHapus